Tuesday, November 07, 2006

Being proud as Indonesian

Anda orang Indonesia ?
Masih tinggal di Indonesia ?
Di Jakarta?
Ke kantor naik bis umpel-umpelan?
Lalu lintas macet?
Pernah Naik kereta super ekonomi ke Yogya or Surabaya ?
Pernah kebajiran?
Pernah dipalakin di bus sama gerombolan preman?

Kalau Ada yang bertanya: apa sih yang bisa dibanggakan for being Indonesian?
Maka jawaban saya adalah : Kita.
Kita harus bangga karena kita orang Indonesia Bisa dan Biasa hidup susah!!!
Ga becanda nih !

Saya Serius!! Saya nggak boong. Kalau saya boong biarkan Tuhan memberikan
cobaan yang berat pada saya , misalnya memberikan harta yg berlimpah..

Kemampuan untuk hidup susah ("survival skill") tidak dimiliki orang-orang
yang lama hidup di negara-negara mapan.

Boss saya (orang India) pernah cerita: suatu ketika teman-nya-sebut saja
Sarukh dan keluarganya -pamit pada boss saya pulang ke negara asalnya India
untuk menikmati pensiun dini, setelah 15 tahun kerja di Singapore .

Belum satu tahun pamitan pulang ke India si Sarukh sudah balik lagi ke
Singapore , dan kali ini minta bantuan Boss saya untuk dicariin kerjaan lagi
di Singapore.

What happened? Tanya boss saya.

Sarukh bercerita, setelah pulang ke India , anak remajanya yang dibesarkan
di Singapore menjadi rada-rada stress dan menjadi pasien tetap psikiater di
sana. Selidik-punya selidik agaknya hal itu disebabkan karena anaknya Sarukh
tidak bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dari kondisi yang
sangat mapan ( Singapore) ke kondisi yang sebaliknya (India).

Jadi, dalam hal ini, anak si Sarukh yang sudah biasa hidup dalam kemapanan
tidak punya "kemampuan bertahan waras" untuk hidup di negara yang belum
mapan. Demi kebaikan anaknya, akhirnya si Sarukh memutuskan menunda pensiun
dini-nya dan kembali kerja di Singapore .

Kalau kita-kita yang sudah biasa hidup susah di Jakarta, pindah or
berkunjung ke India sih nggak ada masalah.

Saya jadi ingat, 2 tahun lalu ketika saya dan rekan-2 kerja saya berkunjung
ke India, boss saya wanti-wanti untuk : bawa obat sakit perut, dan selama di
India hanya minum-minuman dari botol/kaleng.

Kalau ke restoran local jangan sekali-kali minum air putih yang disediakan
dari dari Teko/ceret di restoran tersbut, karena Kebersihan Airnya tidak
terjamin, dan biasanya perut orang asing tidak siap untuk itu; begitu
nasehat boss saya.

Pada waktu itu satu rombongan yang berangkat ke India terdiri dari 5 orang.
Satu orang dari Jepang, dua orang Singapore dan dua orang Indonesia
(termasuk saya yg baru sebulan kerja di Singapore).Dalam 2 minggu kunjungan
ke India , kolega dari Singapore dan Jepang langsung menderita diare di
Minggu pertama ke India. Diselidiki, kemungkinan penyebabnya adalah mereka
pernah memesan kopi atau teh di restoran local pada saat makan siang (yang
tentunya tidak dari botol), Sementara si orang Jepang, walaupun secara ketat
dia hanya minum-minuman botol atau kaleng selama makan di restoran-restoran
lokal, terkena diare diduga karena si orang Jepang ini menggunakan air keran
dari hotel untuk berkumur-kumur selama sikat gigi.

Sedangkan saya dan satu orang rekan lagi dari Indonesia , sehat walafiat
tidak menderita suatu apapun selama di sana (mungkin karena di Indonesia,
udah terbiasa jajan es dipinggir jalan yang mungkin airnya tidak kalah jorok
dari air di restoran-restoran India)

What is the moral of the story?

Kita harus bangga karena Kita bisa lebih baik dari orang Jepang dan
Singapore!!!! (dalam hal ketahanan perut.. kasian.)

Cerita lainnya lagi, bulan lalu saya di kirim kantor (yang base-nya di
Singapore) untuk mengikuti sebuah workshop di Rio de Janeiro Brazil

Total waktu trempuh saya dari Singapore ke hotel saya di Rio de Janeiro
Brazil adalah 36 jam (termasuk 5 jam transit di Eropa). Sebenarnya, dari
Singapore ke Brazil , jalur yang paling umum dan cepat adalah ke arah Timur,
transit di Amerika, terus ke Brazil . Dengan jalur ini saya perkirakan,
dalam 26-30 Jam saya sudah bisa mencapai Brazil.

Cuma, karena saya orang Indonesia , untuk transit di Amerika pun saya butuh
apply VISA Amerika, yang mana proses aplikasi visa tersebut memerlukan waktu
sedikitnya 2 minggu. Padahal, saya tidak punya waktu sebanyak itu. Alhasil,
yah begitulah, saya harus memilih rute yang sebaliknya, mengeliling belahan
bumi bagian barat, transit di Amsterdam , dengan waktu tempuhnya 6- 10 jam
lebih lama. Jadinya, cukup melelahkan, tapi nggak apa-apa, namanya juga
orang Indonesia, harus terbiasa dengan hal-hal yang susah-susah.

Saya sampai di hotel di Rio, hari minggu jam 11 Malam. Dan keesokan paginya
saya langsung mengikuti workshop di sana.
Walaupun masih terasa lelah, saya tetap berusaha untuk terlibat aktif dalam
workshop pagi itu, dengan mengajukan pertanyaan atau memberi masukan atas
pertanyaan peserta lainnya.

Pada saat istirahat, saya sempat berbincang-bincang dengan kolega-kolega
dari Jerman peserta workshop itu. Beberapa dari mereka mengeluh kecapaian
dan menderita "jet lag", karena mereka telah menempuh 12 jam perjalanan dari
Jerman, dan baru saja tiba di Brazil hari minggu siang, sehingga belum cukup
waktu istirahat untuk adaptasi Jet lag, begitu keluh mereka.

Lalu, saya berkata pada mereka, bahwa sebenarnya mereka lebih beruntung dari
saya, karena saya harus menempuh 36 jam perjalanan dari Singapore, dan baru
tiba di hotel pukul sebelas malem, kurang dari 12 jam sebelum workshop
dimulai. Mereka tertegun, salah seorang dari mereka bertanya pada saya:
"Tapi kamu naik pesawat di kelas Bisnis khan?"

"Tidak, jatah saya Cuma kelas ekonomi", jawab saya lagi.

Mereka terlihat semakin terkagum-kagum (atau kasihan?), dan salah seorang
dari mereka memuji.
"Its very impressive, you guys Singaporean are really-really hard workers"
"I'm not Singaporean, I'm Indonesian working in Singapore " jawab saya .

Agaknya, hari itu saya menjadi cukup terkenal di kalangan kolega dari
Jerman, hanya karena terbang selama 36 jam dari Singapore 12 jam sebelumnya
dan masih bisa secara aktif mengikuti workshop tersebut. Saya tahu kalau
saya menjadi pembicaraan mereka , karena sewaktu makan malam, kolega dari
jerman lainnya - yang saya tidak pernah ceritakan mengenai perjalanan saya
dari Singapore bertanya pada saya tips and trick supaya bisa tetap segar
setelah menempuh perjalanan begitu lama (ini berarti dia mendapatkan cerita
saya dari kolega Jerman lainnya).

Saya bingung jawabnya. Ingin sekali saya menjawab :
"Berlatihlah dengan naik kereta api super ekonomi dari Jakarta ke Surabaya
di saat-saat mendekati hari lebaran. Kalau Anda terbiasa dengan alat
transportasi ini- di mana tidak hanya species "Homo Sapiens" yang bisa
menjadi penumpangnya, bisa juga para kambing, ayam, dkk, dan di tambah lagi
waktu tempuhnya yang lama sekali karena hampir di setiap stasion harus
berhenti, maka Anda akan bisa menaklukkan semua alat transportasi terbang
apapun yang di muka bumi ini".

Namun, saya urungkan memberi jawaban di atas, karena saya khawatir dia tidak
akan mengerti atas apa yang saya jelaskan, dan saya yakin mereka tidak bisa
"survive" dengan alat transportasi ini, yang fasilitasnya tentu jauh dari
kelas Bisnis pesawat terbang (Note : kolega saya dari jerman otomatis
mendapat fasilitas kelas bisnis di pesawat apabila waktu tempuhnya lebih
dari 10 jam).

Seminggu, setelah saya pulang dari Workshop di Brazil, entah karena
terkagum-kagum dengan "kemampuan hidup susah" yang saya miliki, atau karena
alasan lainnya, kolega saya dari Jerman yang saya temui di Brazil ,
menghubungi atasan saya yang intinya meminta saya untuk ditugaskan ke
Jerman, membantu project yang saat ini sedang berjalan di sana.

Alhasil, bulan September - November saya akan bergabung dengan kolega-kolega
di Jerman menyelesaikan project di sana. Cukup membanggakan, karena, kata
boss saya, ini kali pertama "Kantor Pusat"
meminta bantuan dari kantor cabang untuk mensupport project yang sedang
mereka kerjakan di kantor pusat.

Jadi setelah membaca tulisan ini, saya harap pembaca sekalian punya alasan
semakin bangga menjadi orang Indonesia .

Kalau anda lagi di luar negeri dan ditanya "Anda dari mana?"

Jawablah dengan bangga:
Indonesia dong....!!!
Negara yang lagi susah,
Saya juga hidupnya susah
Tapi saya bisa survive!!!
Any Problem???

Sekali Merdeka tetap Merdeka !
Semoga tidak sekali susah tetap susah !


sumber : unknown

4 comments:

Lenny said...

Waduh panjang amat yach, padahal si amat punya aja gak panjang2 amat hehehe...
Tp gw baru tau ada jg org yg bangga banget jadi orang Indonesia. Merdeka! :D

Anonymous said...

hehehe.. gua juga baru tau pdhl gua sendiri gag bangga2 banget kekeke terus panjangnya postingan gue biar elo pada gag ngantuuk *tuk*

Yossy and Ling said...

tsk tsk tsk...jiwa nasionalismemu tinggi juga yak:)) idupppp qta!!!

Yenny Lesly said...

Oiiii, karena gw ini orang yang langsung2 aja, cuma mo ngasih tau, SUER GW GAK BACA POSTINGAN INI!!! hehehe...bujubune lo, da keik bini presiden RI aja posting panjang tentang nasionalisme :p :p