Tuesday, April 01, 2008

Cerita 3 Anak Sulung

Tulisan dibawa ini sangat bagus dan mau gua sharingkan disini . Tulisan ini sangat nendang banget ke gua dan gw belajar banyak dr tulisan ini untuk memahami sifat anak gua yg sulung. Gua banyak belajar dr tulisan ini dan bravo buat siapapun penulisnya krn bermanfaat bagi banyak org tua antara lain gue hehehe ... dan gua baca dimana gua lupa mengatakan kita ini punya pengalaman sbg anak krn kita pernah jd anak , tapi kita tidak pengalaman sbg org tua dan ini benar juga tanpa gua sadari kadang pola asuh org tua kita yg kita anggap benar , kita trapkan ke anak kita pdhl di jaman era globalisasi ini anak jaman skr sangat berbeda dgn anak jaman gua kecil dulu. Anak jaman skr kritis , nontonnya sinetron, dan mainannya playstation , sedang jaman gue kecil dulu nontonnya cuma TVRI , mainannya congklak , bekel hahhaaha...
Jadi gua sampai skr pun masih belajar terus utk menjadi org tua yg baik .
------------------------------------------------------------------------------

Jadi anak sulung itu no doubt tidak mudah. Kita semua tahu bahwa sudah
menjadi kebiasaan bhawa anak sulung kerap harus tumbuh menjadi pantuan
adik-adiknya. Kerap juga kita dengan anak sulung membantu orang tua kerja.
Yang lebih jauh lagi, beberapa anak sulung tidak sekolah, membantu ibu di
sawah agar adik-adiknya dapat sekolah. para adik jadi insiyur dan si
sulung tetap menjadi petani.
Tidak perlu sejauh itu, kita bisa lihat di kehidupan dekat kita sendiri.
Maisng-masing dari kita kalo gak punya kakak sulung, ya jadi anak sulung
itu sendiri. Sulitnya selain menjadi panutan adalah, harus sabar. Harus
berbagi banyak hal dengan si kecil karena orang tua berpikir tidak perlu
beli 2 barang yang sama untuk 2 anak yang beda.
Tapi ada satu hal yang gua lihat jarang dibahas. Yaitu bahwa pembentukan
karakter si sulung oleh orang tua. no doubt bahwa semua orang tua ingin
mendidik anaknya dengan benar. Gua belum pernah nemu orang tua yang niat
ngedidik anaknya dari kecil jadi orang jahat. Jika kita berangkat dari
asumsi bahwa semua orang tua niat mendidik anak dengan benar, bermental
baik, menjadi bibit yang unggul, lantas kenapa di dunia ini ada orang yang
sukses dan ada yang tidak? kenapa ada yang benar-benar menjadi bibit
unggul, ada yang biasa saja, ada yang jadi tidak mandiri, dan malah ada
yang menyusahkan orang tua?
Padahal niat semua orang tua itu sama, mendidik anak mereka agar menjadi orang yang baik bagi masyarakat. then there must be something wrong here.
Kemudian ada lagi pertanyaan. Jika memang semua anak sulung terdidik
sabar, bermental tauladan dan lainnya, lantas kenapa dari semua deretan pemimpin
yang terkenal, tidak semua sulung? deretan manusia-manusia luar biasa
sepanjang masa lahir ada yang sulung, ada yang bungsu ada anak tengah,
malah ada yang anak tunggal. Kenapa gak semua pemimpin di dunia ini anak
sulung? Yang katanya terbiasa memimpin dan menjadi tauladan dari kecil?

Cerita 3 Anak Sulung
Untuk mencari jawabannya, gua mau cerita masa kecil gua dulu ketika gua
lahir di Medan . Ceritanya orang tua gua kerja di kilang minyak lepas pantai
di medan beserta 3 orang engineer lainnya. kita sebut saja mereka Pak AA, Pak BB, Pak CC dan bokap. Mereka semua diberi rumah berderet persis. Kita berbagi pekrangan belakang yang sama. Mereka semua juga sama, pengantin baru. Engineer-engineer yang baru lulus, keterima kerja dan ketika tahu bahwa mereka ditempatkan di Medan , langsung ngajak kawin. Di tahap ini mereka masih sama. bahkan mereka melahirkan anak sulung mereka di waktu
yang berdekatan. Kemudian mereka melahirkan anak kedua dan ketiga. keempat
engineer ini sistem kerjanya adalah 3 minggu di oil rig dan 3 minggu di rumah.
Dan di sini lah gua mulai bisa mengingat.

Pak AA
Pak AA punya dua anak. AA sulung dan AA bungsu. Pak AA ingin mendidik
disiplin pada mereka. Metode yang dia gunakan adalah mencambuk dengan ikat pinggang. yang lain adalah sapu lidi dan rotan kalo gak salah. gua pernah main ke rumah Pak AA dan mendapati AA sulung menangis di sofa. AA bungsu
hanya melihat dari kejauhan.

Pak BB
Pak BB punya dua anak. BB sulung dan BB bungsu. Pak BB mendidik
anak-anaknya dengan mengancam. Yang paling sering kena adalah BB sulung.
Diancemnya macem-macem. gua pernah main di halaman belakang dan mendapati BB sulung stres berat. Dan stresnya gak main-main. BB sulung jadi mengidap
kelainan saraf motorik di mana meski gak ada angin gak ada apa, dia
kelojotan sendiri. gua pernah tanya ke nyokap kenapa BB sulung seperti
itu. ternyata karena stres. umur kita d bawah 10 tahun by the way, waktu itu.

Pak CC
Pak CC punya 3 anak. CC sulung, CC tengah dan CC bungsu. Gua melihat dia sabar dan mengayomi. Seakan sadar bahwa gak banyak yang dia bisa harapkan
dari anak kecil dan kenakalannya. Sering ajak diskusi, kasih perhatian.
Dia jarang marah. malah gua gak pernah melihat dia marah, setidaknya ketika gua
main sama anak-anaknya. Mungkin dia sadar bahwa setelah 3 minggu gak
ketemu, dia harus win back simpati anak-anaknya makanya dia gak ambil
pusing sama sedikit kesalahan-kesalahan adolescent mereka.

10 tahun kemudian
Lama berselang dari masa kecil kita, keempat keluarga ini banyak yang
pindah ke kantor pusat mereka di Jakarta . Kita masih sering ketemu kalo
ada acara kantor bokap. tapi karena rumahnya jauhan, jadi jarang. makin kita
besar, kita makin lepas kontak.

25 tahun kemudian
Suatu hari kakak gua menikah dan bokap mengundang semua teman lamanya ke
resepsi. gua excited banget karena anak-anak AA BB dan CC ini. dan ini
yang gua dapatkan:

Anak-anak AA
AA bungsu lagi S2 dan sudah jadi kontraktor.
AA sulung mengidap narko ba.

Anak-anak BB
BB bungsu yang masih SMA sudah bolak-balik jakarta-Sao Paolo karena dia
jadi duta Unicef dalam sebuah world wide programnya.
BB sulung kuliah aja seperti biasa dan itu pun katanya kesulitan
berprestasi. setalh 25 tahun ini, kealinan syarafnya masih ada.

Anak-anak CC
CC bungsu sekolah di amrik.
CC tengah memilih kerja di San Diego .
CC sulung kerja di salah satu bank paling bergengsi di Indonesia .

Dari sini gua mikir. kenapa AA dan BB sulung memiliki kesulitan hidup?
Sedangkan AA dan BB bungsu menjalani kehidupan yang gua bilang
spektakuler.
Ini berlawanan sekali dengan stigma yang hadi r dalam kehidupan bangsa timur
di mana kita kerap berpandangan:
- Si sulung anak yang mantep, mandiri.
- Si bungsu adalah anak manja yang gak bisa mandiri. Anak mami.
Sering kali dalam 20 tahun pertama hidup gua, dalam cincin sosial gua, ada
aja yang bilang
"Lu bungsu sih dit"
"Lu bungsu ya Dit?"
"Dasar bungsu! Gini aja capek."
Jawabannya adalah:
1. Bungsu, dengan cepat belajar dari kesalahan kakaknya.
Sementara kakaknya nabrakin mobil dan dimarahin sampe trauma oleh si
bapak, si bungsu dengan cepat belajar "Oh, nabrakin mobil gak boleh."
Dan ada banyak sekali hal-hal seperti ini di mana si sulung harus suffer
dan si bungsu menuai pelajarannya. Sementara si sulung trauma dan
kehilangan confidence untuk proaktif mencoba sesuatu lagi, si bungsu jadi well prepared dan malah penasaran pengen nyoba apakah dia bisa do better apa nggak.
2. Orang tua cenderung tidak sadar bahwa dia bereksperimen dengan si
sulung. Mau gak mau, memiliki si sulung adalah pengalaman pertama mereka menjadi
orang tua. Ketika mereka menemukan sulungmelakukan kesalahan, 40%
kemungkinan orang tua juga gak tau anaknya harus diapain. Si sulung
mecahin kaca dan digampar bapaknya. tapi setelah lama bapaknya sadar bahwa sulung
jadi trauma. Dia insyaf dan berjanji tidak mengulangnya. Ketika bungsu
mecahin toples, si bapak gak gampar. Sementara si bungsu termaafkan,
sulung yang udah trauma digampar, juga sakit hati melihat perlakuan yang gak
adil. padahal sang bapak udah insyaf juga udah baik. Serba salah.
Dan ada banyak sekali kejadian seperti ini dalam kehidupan adik kakak. Pak AA misalnya, AA sulung pada awalnya dididik dengan sangat keras. 5 tahun kemudian sepertinya Pak AA sadar bahwa metodenya salah sehingga approach pada AA bungsu sangat berbeda. Sedihnya lagi, Pak AA terkadang menyiratkan kekecawaannya bahwa Aa sulung -kasarnya nih- "produk gagal"
Padahal kalo gua lihat, kegagalan ada di pihak dia. Gimana nggak? Di saat AA sulung berumur 5 tahun, di mana dia mendefine benar-salah dari ajaran ortu, dia jarang ketemu bapaknya yang ada di il rig dan pulang-pulang di sabuk.
3. Orang Tua juga berproses untuk menjadi dewasa.
Orang tua hidup di dua jaman. jaman dia jadi anak dan jaman dia jadi orang tua. Kedua jaman ini beda total. Masalahnya, ada beberapa orang tua yang anak sulungnya masuk usia didik kritis (masa di mana anak kecil mendefine benar-salah dari ajaran ortu -ini masa yang gua define sendiri ya, gak tau di dunia psikologi ada apa nggak. yang jelas sarajana psikologi lebih tahu
deh dari gua) orang tuanya masih hidup di jaman dulu. contoh kasus,

Beberapa temen sulung gua ketika mulai pacaran susahnya setengah mati. Ada
yang dibilang gak boleh lah, ada yang harus gini lah, gitu lah. Tapi
giliran si bungsu pacaran dengan usi yang relatif lebih cepat, orang tua
nyantai. Mungkin karena di saat ini orang tua sudah mulai beradaptasi
dengan jaman sekarang. Di tambah lagi dengan kecenderungan di mana si
bungsu ingin melakukan apa yang si sulung lakukan. Sulung pacaran di usia
18, kemungkinan besar si bungsu pacaran dari umur 14 karena melihat asyiknya si kakak.
There you have it, susahnya jadi orang tua.
Kalo anak gak didisiplinkan, takutnya jadi rusak dan pembangkang. Kalo gak
pernah dimarahin, takutnya jadi lembek. Disetiap saat orang tua harus
dihadapkan dengan pilihan kemungkinan yang gak enak ini. dan sadar tidak
sadar pilihan yang mereka ambil membentuk mentalitas para anaknya.
Dan yang menyeramkan bagi orang tua, sadar gak sadar, mentalitas anak
adalah bekal si anak untuk survive di kehidupan mereka nanti.
As for me and kakak gua, we grew up fine. Dan gua gak ngomong gitu karena
bokap gua adalah penggemar blog gua, tapi we really did grow up fine.
Kakak gua pinternya setengah mati, S2 dan jadi dosen. Profesi yang gua bilang
sangta mulia karena membantu membuka wawasan muridnya agar muridnya bisa
menjadi sukses. Gua? well, you know how I am now.
Tapi memang ada yang gua pelajari bokap yang gua belajar untuk nggak.
Yaitu kerja di tempat remote yang jauh dari keluarga.
Nyokap gua pernah cerita, ketika gua masih ngerangkak dan hobi nelen
kelereng, kakak gua udah bisa ngomong. Suatu hari bokap pulang dari oil
rig dan kakak gua nanya ke nyokap
"Mah, itu siapa?"
gua kebayang pasti bokap sedih kalo inget atau tahu cerita ini. yang jelas,
gua sengaja milih apartemen di Singapur ini yang bisa jalan kaki ke
kantor.
Makan siang gua bisa pulang dan main sama Alde. gua pernah baca di
intisari bahwa ada kecenderungan di mana anak yang menghabiskan banyak waktu dengan
bapaknya, ketika udah gede, kepandaiannya di atas rata-rata.
Makanya sampe sekarang gua belum pernah nulis lagi sejak Alde lahir. gua
pengen make sure, he has enough attention a child can get from both
parents.
In the end, jadi orang tua itu adalah pilihan yang kesiapannya terkadang harus lebih dalam dari yang kita kira. gua cuman bersyukur gua punya masa
kecil dan teman-teman yang di mana gua bisa nimba pengalaman. Agar gua
bisa terapkan atau malah jangan terapkan ke keluarga gua yang kecil ini.

Sumber tulisan dari :
Penulis buku2 gokil; Jomblo, Gege
Mencari Cinta, Traveller's Tale, dll.

No comments: